Manajemen ayam broiler merupakan kunci utama untuk memastikan produktivitas dan kualitas hasil ternak. Sebagai ayam yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, ayam broiler membutuhkan perawatan yang intensif mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, hingga pengelolaan lingkungan kandang. Pemilihan bibit yang unggul adalah langkah awal yang penting, karena ayam dengan genetik berkualitas memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik.
Pakan memegang peranan sentral dalam manajemen ayam broiler, karena berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan kesehatan ternak. Penyediaan pakan yang berkualitas dengan kandungan nutrisi yang sesuai, seperti protein, karbohidrat, dan vitamin, harus dilakukan secara konsisten. Selain itu, teknik pemberian pakan yang tepat, seperti jadwal pemberian dan pengaturan jumlah pakan, juga membantu mengoptimalkan efisiensi penggunaan pakan dan mengurangi pemborosan.
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada kesuksesan budidaya ayam broiler. Kandang harus dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan ventilasi yang baik, suhu yang stabil, dan pencahayaan yang cukup. Pengelolaan limbah seperti kotoran ayam perlu dilakukan dengan benar untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kebersihan lingkungan. Sistem biosekuriti yang ketat, seperti membatasi akses orang luar ke kandang dan melakukan desinfeksi rutin, merupakan bagian dari manajemen kesehatan yang penting.
Terakhir, pencatatan dan evaluasi rutin adalah elemen yang tidak boleh diabaikan dalam manajemen ayam broiler. Peternak perlu mencatat data seperti jumlah pakan yang digunakan, berat badan ayam, serta tingkat kematian untuk mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi potensi masalah. Dengan manajemen yang terstruktur dan berbasis data, peternakan ayam broiler dapat mencapai hasil yang optimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Hal ini pada akhirnya akan mendukung keberlanjutan bisnis peternakan dalam jangka panjang.
Pemeliharaan ayam broiler merupakan rangkaian kegiatan yang terbagi menjadi beberapa fase untuk memastikan produktivitas dan kesehatan ayam mencapai potensi optimalnya. Fase pertama adalah masa brooding, yaitu masa awal kehidupan ayam dari hari pertama hingga usia 14 hari. Pada fase ini, perhatian utama adalah menjaga suhu, kelembapan, dan pencahayaan di kandang agar sesuai dengan kebutuhan anak ayam. Suhu ideal berkisar antara 32-34°C dengan pencahayaan 24 jam untuk mendukung pertumbuhan awal yang optimal. Nutrisi yang tepat juga sangat penting untuk memperkuat sistem imun ayam pada tahap ini.
Fase kedua adalah fase pertumbuhan, yang berlangsung dari usia 15 hingga 28 hari. Pada tahap ini, kebutuhan ayam terhadap suhu menurun, sehingga suhu kandang dapat dikurangi secara bertahap hingga sekitar 28°C. Pakan yang diberikan berfokus pada kandungan protein dan energi yang tinggi untuk mendukung perkembangan otot dan jaringan tubuh. Selain itu, manajemen air minum juga penting untuk menjaga kesehatan pencernaan ayam. Pengecekan rutin terhadap kesehatan ayam dilakukan untuk mengantisipasi potensi penyakit.
Selanjutnya, fase akhir atau fase penggemukan berlangsung dari usia 29 hari hingga masa panen, biasanya sekitar usia 35-42 hari. Pada tahap ini, fokus pemeliharaan beralih pada optimalisasi bobot badan ayam dengan memberikan pakan yang tinggi energi dan rendah serat. Sistem ventilasi kandang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas udara yang baik, mengurangi stres panas, dan mendukung pertumbuhan maksimal. Pemantauan kondisi ayam secara individu maupun kelompok dilakukan untuk memastikan pertumbuhan tetap seragam.
Fase terakhir dalam pemeliharaan ayam broiler adalah proses panen dan pascapanen. Ayam yang sudah mencapai bobot ideal dipanen dengan hati-hati untuk meminimalkan stres dan cedera. Setelah panen, kandang harus dibersihkan dan disterilkan sebagai persiapan untuk siklus pemeliharaan berikutnya. Melalui pengelolaan yang baik di setiap fase, peternak dapat meningkatkan efisiensi produksi, menjaga kesehatan ayam, dan menghasilkan produk daging berkualitas tinggi.
Di peternakan ayam broiler, ada beberapa penyakit yang sering muncul dan dapat memengaruhi produktivitas serta kesehatan ayam. Berikut adalah penyakit yang umum terjadi:
Colibacillosis (E. coli): Disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Gejalanya meliputi diare, kehilangan nafsu makan, dan lesu. Biasanya terkait dengan sanitasi kandang yang buruk.
Chronic Respiratory Disease (CRD): Disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejalanya meliputi kesulitan bernapas, batuk, dan produksi lendir berlebih.
Pullorum: Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Gejalanya meliputi diare berwarna putih dan tingkat kematian yang tinggi pada anak ayam.
Newcastle Disease (ND): Penyakit sangat menular yang menyerang sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf. Gejalanya meliputi batuk, kelesuan, dan kelumpuhan.
Avian Influenza (AI): Dikenal juga sebagai flu burung, penyakit ini sangat mematikan. Gejalanya termasuk pembengkakan kepala, kebiruan pada pial, dan diare.
Infectious Bursal Disease (IBD/Gumboro): Menyerang sistem kekebalan tubuh ayam. Gejalanya meliputi lesu, bulu kusam, dan diare cair.
Coccidiosis: Disebabkan oleh parasit Eimeria. Gejalanya meliputi diare berdarah, pertumbuhan terhambat, dan lesu.
Worm Infestations (Cacingan): Disebabkan oleh berbagai jenis cacing seperti cacing gelang dan pita. Gejalanya meliputi penurunan berat badan dan produksi yang buruk.
Aspergillosis: Disebabkan oleh jamur Aspergillus. Gejalanya meliputi gangguan pernapasan dan lesu. Biasanya terkait dengan kualitas pakan atau serasah yang buruk.
Heat Stress (Stres Panas): Disebabkan oleh suhu lingkungan yang terlalu tinggi, terutama di daerah tropis. Gejalanya meliputi penurunan nafsu makan, dehidrasi, dan kematian mendadak.
Defisiensi Vitamin atau Mineral: Misalnya, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang.
Biosekuriti: Pastikan kandang bersih dan bebas dari sumber penyakit.
Vaksinasi: Lakukan program vaksinasi sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan.
Kualitas Pakan: Pastikan pakan bergizi dan bebas dari kontaminan.
Ventilasi yang Baik: Pastikan sirkulasi udara optimal untuk mencegah penyakit pernapasan.
Pemantauan Rutin: Identifikasi dan tangani ayam yang sakit dengan cepat untuk mencegah penyebaran.
Chronic Respiratory Disease (CRD) atau penyakit pernapasan kronis pada ayam adalah salah satu penyakit yang sering menyerang unggas, khususnya ayam broiler dan petelur. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini sering kali muncul sebagai infeksi primer, namun bisa menjadi lebih parah jika diikuti oleh infeksi sekunder seperti Escherichia coli. Faktor lingkungan seperti kandang yang tidak bersih, kelembapan tinggi, serta ventilasi yang buruk dapat memperburuk penyebaran dan keparahan CRD.
Gejala klinis CRD meliputi batuk, bersin, suara napas yang kasar, dan keluarnya cairan dari hidung. Ayam yang terinfeksi juga sering menunjukkan penurunan nafsu makan, pertumbuhan yang terhambat, serta penurunan produksi telur pada ayam petelur. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi akibat kematian ayam, tetapi juga menurunkan efisiensi pakan dan kualitas daging atau telur. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mengendalikan penyakit ini.
Pengobatan CRD melibatkan penggunaan antibiotik yang efektif melawan Mycoplasma gallisepticum, seperti tylosin, tiamulin, atau enrofloxacin. Antibiotik ini biasanya diberikan melalui air minum atau pakan, tergantung pada kondisi dan tingkat keparahan penyakit. Selain itu, suplemen vitamin, terutama vitamin A, C, dan E, dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap infeksi. Namun, penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan rekomendasi dokter hewan untuk mencegah resistensi antimikroba.
Pencegahan adalah langkah terbaik untuk mengendalikan CRD. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi menjaga kebersihan kandang, menyediakan ventilasi yang baik, dan menghindari kepadatan yang terlalu tinggi. Vaksinasi terhadap Mycoplasma gallisepticum juga tersedia dan dapat diberikan sebagai tindakan pencegahan pada ayam yang rentan. Dengan manajemen yang baik dan penerapan biosekuriti yang ketat, risiko penyebaran CRD dapat diminimalkan, sehingga produktivitas ayam tetap optimal